Jumat, 12 November 2021

 AREN POHON SERBA GUNA



AREN MERUPAKAN POHON SERBAGUNA

Pohon aren  (arenga pinnata merr) banyak terdapat di hampir sekuruh wilayah Kabupaten Pacitan walaupum tidak merata sebarannya. Mulai dari daerah kec. Sudimoro, Ngadirojo, Tulaan, Tegalombo, Nawangan, Bandar, Arjosari dan sebagainya. Namun untuk wilayah Pacitan bagian barat tidak begitu banyak terdapat pohon aren tersebut. Aren(arenga pinnata merr) telah berabad-abad dikenal dan dimanfaatkan oleh umat manusia.  Aren termasuk tumbuhan suku palma atau pinang-pinangan, bersama tanaman sejenisnya uaitu; tumbuhan rumbia, nipah, pinang. nibung, siwalan, caryote, sawit, kurma.
Aren menghasilkan air nira yang berasal dari mayang atau tandan buahnya yang disadap. Air nira sendiri dapat diolah menjadi gula aren, gula semut, minuman segar, gula sirup, bio ethanol, methanol industri, alkohol farmasi,  dan tuak atau sopi. Selain itu, aren juga menghasilkan buah yang biasanya diolah menjadi kolang-kaling atau bargat. Produk lain dari pohon aren adalah ijuk, lidi dan sagu. Kayunya bisa dimanfaatkan mulai dari  bahan bangunan sederhana hingga menjdi bahan pembuatan hiasan/furniture yang mahal harganya. Akar dan daunnya juga dapat dimanfaatkan sebagai obat.

Sampai saat ini masih sedikit orang yang mau membudidayakan pohon aren. Kebanyakan pohon aren yang ada adalah pohon yang tumbuh liar. Menyebar dengan bantuan air dan hewan musang. Padahal, aren sangatlah ekonomis dan menguntungkan bila dibudidayakan secara intensif. Orang jarang mau membudidayakan aren karena melihat pohon aren yang tumbuh liar di alam baru bisa berproduksi setelah berumur 10-12 tahun. Padahal bila ditanam dan dirawat dengan baik, aren dapat mulai berproduksi pada umur 7-8 tahun saja.

Secara umum, aren produksi dibagi menjadi tiga jenis. Aren genjah, aren dalam dan aren tinggi. Persilangan aren genjah dengan aren dalam bisa menghasilkan aren sedang.


                        Klasifikasi ilmiah pohon aren
Kerajaan:
Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Liliopsida
Ordo:
Arecales
Famili:
Arecaceae
Genus:
 Arenga
Spesies:
A. pinnata 


Sumber; Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

1. Batang.

Aren yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25m, diameter hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk atau duk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang.

2. Daun

Daun aren adalah majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya.

3. Bunga

Bunga aren berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun; panjang tongkol hingga 2,5 m.

4. Buah

Buah aren bentuk bulat peluru, dengan diameter sekitar 4 cm, beruang tiga dan berbiji tiga, tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah berwarna hijau sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena getahnya sangat gatal.

Pohon aren menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula.
Pohon aren yang diambil niranya sebagai bahan gula arem



Tongkol bunga jantan  

yang disadap niranya (sebelah kiri)

Gula diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari,


hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan bumbung bambu untuk menampung  cairan  yang menetes.

Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, makabumbung yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore.

 

Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka  dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gula gandu). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan
pemisah seperti minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai semut. 
Nira mentah (segar) bersifat pencahar (laksativa), sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus. Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan roti. 

Kolang-kaling

 Buah aren dan kolang-kaling

Buah aren (dinamai beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam dalam air kapur  beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun. Cara lainnya, buah muda dikukus selama tiga jam dan setelah

dikupas, inti bijinya dipukul gepeng dan kemudian direndam dalam air selama 10-20 hari. Inti bijiyang  telah diolah itu, diperdagangkan di pasar sebagai kolang-kaling.

    Produk lain

Daun pohon aren juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah. Pucuk daunnya yang masih kuncup (janur) juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal pasar sebagai daun kawung. Lembar-lembar daunnya di Jawa Barat biasa digunakan sebagai pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar daun ini pun kerap dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya dihasilkan barang anyaman sederhana dan sapu lidi.

 

Begitu juga ijuk dari pohon aren pun dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang, tali pancing dan senar gitar di Batak. 
Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan, kasau atau dibuat menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat ditumbuk dan diolah untuk menghasilkan sagu, meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran air. Dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali pancing atau cambuk. 
            Sumber: 1.Wikipedia

      


  Rehabilitasi Hutan dan Lahan untuk Meningkatkan kembali fungsi Hutan dan Lahan Dalam rangka upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan me...